Memperbarui Diri di Tahun Baru

Alhamdulillah kita layak bersyukur atas semua karunia Allah swt yang tiada terhingga di masa-masa terdahulu, dengan harapan akan semakin besar dan luas anugerahNya di tahun ini dan di masa-masa yang akan datang.

Di awal tahun 2023 ini, kemungkinan besar kita akan menghadapi hal-hal yang baru dalam maknanya yang luas, sehingga memerlukan kesiapan kita untuk terus memperbarui iman, akhlak, motifasi, dan berbagai media amal kebaikan, agar mampu beradaptasi sekaligus memanfaatkan keadaan baru itu dengan sebaik-baiknya. Nabi Muhammad saw pernah berpesan kepada para sahabatnya agar selalu memperbarui iman sebagai konsekuensi atas keadaan yang terus berubah.

“جَدِّدُوا إِيمَانَكُمْ “، قِيلَ: يَا رَسُولَ الله، وَكَيْفَ نُجَدِّدُ إِيمَانَنَا؟ قَالَ: ” أَكْثِرُوا مِنْ قَوْلِ لَا إِلَهَ إِلَّا الله“

Perbarui iman kalian” “Ya Rasulullah, bagaimana cara kami memperbarui iman kami?” tanya para sahabat. Beliau bersabda, “Perbanyaklah mengucapkan ‘Laa ilaaha illallaah’.” (HR. Ahmad dan Al-Hakim).

Menghadapi yang baru dengan terus memperbarui diri merupakan wujud nyata akan keyakinan kita dengan sunnatullah yang dikaitkan dengan pergantian waktu. Pergantian waktu tersebut apakah terjadi dalam waktu yang relatif singkat, sedang, atau waktu panjang yang tidak diketahui akhirnya. Allah swt berfirman menegaskan SunnatullahNya,

إِن یَمۡسَسۡكُمۡ قَرۡحࣱ فَقَدۡ مَسَّ ٱلۡقَوۡمَ قَرۡحࣱ مِّثۡلُهُۥۚ وَتِلۡكَ ٱلۡأَیَّامُ نُدَاوِلُهَا بَیۡنَ ٱلنَّاسِ وَلِیَعۡلَمَ ٱللَّهُ ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ وَیَتَّخِذَ مِنكُمۡ شُهَدَاۤءَۗ وَٱللَّهُ لَا یُحِبُّ ٱلظَّـٰلِمِینَ

Jika kalian (pada perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah Mengetahui orang-orang yang beriman dan dijadikan-Nya sebagian kalian syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim“. [QS. Âli Imrân: 140]

Syekh Sa’di menuturkan, konsekuensi dari pergiliran atau pergantian waktu adalah berubah dan bergantinya keadaan kehidupan. Dua hal yang selalu silih berganti; sehat dan sakit, senang dan susah, berat dan ringan, di atas dan di bawah, serta baik dan buruk, karena nanti ada balasan surga dan neraka. Makna ini disampaikan oleh Imam Ibnu Katsir ketika menafsirkan surat Asz-Dzariyat: 49 yang berbunyi,

وَمِن كُلِّ شَیۡءٍ خَلَقۡنَا زَوۡجَیۡنِ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ

Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah)“. [QS. Adz-Dzâriyât: 49]

Dimensi waktu yang selalu berganti antara dua keadaan menjadikan manusia selalu memiliki sikap hati-hati dan antisipasi terhadap sesuatu yang tidak dapat diketahuinya, melalui perencanaan yang baik, berikhtiar, berbekal dan berdo’a sungguh-sungguh untuk meraih hasil atau keadaan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Karenanya tepat jika pergantian waktu (tahun) dimaknai sebagai momentum refleksi diri dan kolektif atas prestasi atau kinerja yang sudah dijalankan di tahun yang lalu. Sahabat Ali bin Abi Thalib ra berpesan agar kita mampu meningkatkan diri menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Karena jika hari ini lebih baik dari hari kemarin dia sudah beruntung. Sedangkan jika sama maka ia merugi, malah jika lebih buruk maka telah jauh dari rahmat Allah swt (terlaknat)

مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُونٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُونٌ

Relevansi dari pesan menantu baginda nabi saw tersebut sangat erat dengan amanah yang sedang kita jalankan, apakah dalam bentuk amanah ilmu pengetahuan, kerja, tugas, kewajiban, dan posisi yang dipercayakan. Semuanya menuntut peningkatan ke arah yang lebih baik, sehingga mendapat kepercayaan (trust) yang lebih besar dari masyarakat.

Dalam konteks terus berusaha beramal, berkarya, dan berprestasi lebih baik dan lebih memberikan kemanfaatan, sifat-sifat Allah yang sempurna layak untuk dijadikan bahan i’tibar. Salah satu sifat Allah adalah ‘Al-Khaliq’ yang artinya Maha Pencipta. Al-KhaliqNya Allah swt difahami oleh mufassir dalam arti Mencipta sesuatu yang belum ada sebelumnya, atau tanpa contoh sebelumnya’ عَلَى غَيْرِ مِثَالٍ سَابِقٍ  . Artinya, jika ingin menjadi orang yang beruntung di masa kini dan mendatang, maka kita dituntut untuk selalu berusaha melakukan inovasi dan kreasi atas tugas dan amal kita, selama memenuhi unsur kepatuhan kepada syariat, regulasi, dan NKRI.

Beragam nikmat di tahun 2022 yang lalu merupakan modalitas terbaik dalam rangka meraih samudera nikmatNya di tahun ini dan tahun-tahun yang akan datang. Syarat yang ditetapkan oleh Allah swt adalah terus memperbaiki dan memperbarui diri, agar termasuk yang layak ditambah nikmat yang lebih besar dan bernilai, sesuai dengan jaminan Allah swt di surat Al-Anfal: 53,

ذَ ٰ⁠لِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ لَمۡ یَكُ مُغَیِّرࣰا نِّعۡمَةً أَنۡعَمَهَا عَلَىٰ قَوۡمٍ حَتَّىٰ یُغَیِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمۡ وَأَنَّ ٱللَّهَ سَمِیعٌ عَلِیم

Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah diberikan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui“. [QS. Al-Anfâl: 53]

 

(Oleh: Dr. KH. Atabik Luthfi, Lc, MA)

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Tentang Kami
    Yayasan Kesejahteraan Madani (YAKESMA) didirikan pada 4 juli 2011, sebagai sebuah lembaga amil zakat yang berfokus pada kesejahteraan masyarakat dan mereka yang telah berjasa dalam pengajaran pendidikan keterampilan pemberdayaan dan dakwah di masyarakat.
    Kontak Yakesma
    Jalan Teluk Jakarta No.9
    Komp. AL Rawa Bambu, Pasar Minggu,
    Jakarta Selatan 12520
    Telp: (021) 22 789 677 | WA. 0822 7333 3477
    Email: welcome@yakesma.org
    Sosial Media
    2023 - Yayasan Kesejahteraan Madani