KRISIS AIR DI GAZA WARGA PALESTINA KIAN SULIT

Konflik antara Israel dan Palestina terus berkecamuk, meninggalkan dampak yang merugikan bagi warga Gaza. Tindakan blokade pasokan listrik dan air bersih oleh Israel telah menyulitkan akses warga Gaza terhadap air bersih. Michael Talhami, Penasihat Strategis Komite Internasional Palang Merah, menyatakan bahwa masyarakat Gaza sekarang terancam penyakit menular, seperti kolera, diare, hepatitis A, dan tipus, akibat tindakan tersebut.

Blokade juga berdampak buruk pada pengelolaan limbah sanitasi di Gaza, terutama setelah pemadaman listrik yang menyebabkan penutupan semua pabrik desalinasi dan tempat pengolahan air limbah. Kondisi ini mengakibatkan kekurangan pasokan air bersih di seluruh wilayah, karena banyak instalasi pengolahan air limbah tidak dapat berfungsi tanpa listrik. Tanpa sarana pemompaan air limbah keluar dari wilayah berpenduduk, risiko limpahan dan banjir meningkat, berpotensi menyebabkan penyebaran penyakit dan pencemaran air tanah.

Serangan Israel juga merusak sumur dan mempengaruhi pasokan air bersih warga Gaza. Sekitar 80 sumur dan pabrik desalinasi di wilayah utara tidak dapat berfungsi karena situasi keamanan yang buruk. World Health Organization (WHO) menekankan bahwa kebutuhan akan air bersih dan sanitasi yang memadai mencapai 50-100 liter per hari per orang, tetapi serangan yang berkelanjutan membuat warga Gaza terbatas hanya pada tiga liter air per hari untuk minum dan mandi.

Menurut laporan Reuters, dampak krisis air bersih membuat penduduk Gaza terpaksa menggali sumur di wilayah dekat laut atau bergantung pada air keran yang sudah tercemar oleh limbah dan air laut.

Seorang warga bernama Mohammad Saqr dari Khan Younis menjelaskan, “Karena jumlah orang di kamp sangat banyak, air tidak tersedia. Jadi, saya memutuskan untuk menjadi sukarelawan, menggunakan becak untuk mengangkut air dari tempat yang jauh.” Dia menambahkan, “Saat ini, kita hanya bisa mengisi air asin. Saya siap untuk minum air laut karena tidak ada pilihan lain yang kita miliki.”

Sebelum pecahnya perang dan Israel memutuskan pasokan listrik serta air bersih ke Gaza, menurut Otoritas Air Palestina, sekitar 90 persen air di wilayah tersebut sudah tidak layak untuk dikonsumsi.

Sementara itu, satu-satunya sumber air bawah tanah di Gaza juga sudah terkontaminasi oleh limbah, zat kimia, dan air laut. Bahkan 10 persen yang dianggap masih aman untuk dikonsumsi pun sering tercampur dengan air berkualitas rendah yang hanya bisa digunakan untuk keperluan mencuci.

Banyak keluarga di Gaza yang terpaksa melakukan pengeboran sumur pribadi untuk mendapatkan air dari kedalaman tanah. Hanya sejumlah kecil keluarga yang memiliki kemampuan untuk membeli air mineral.

Laporan media juga menyebutkan bahwa beberapa warga memilih untuk membeli air olahan yang disaring dengan harga lebih terjangkau dari truk-truk air yang beroperasi di jalanan.

Israel telah mengizinkan pengiriman bantuan internasional seperti obat-obatan, makanan, dan air bersih sejak awal pekan ini. Namun, perwakilan PBB di Palestina menyatakan bahwa pengiriman bantuan tersebut belum berjalan lancar karena kendala kontrol ketat dari Israel di perbatasan Gaza dengan Mesir.

Sahabat, krisis air bersih telah membuat Palestina semakin menderita. Mari bantu penuhi pasokan air bersih di Gaza dengan cara berdonasi melalui  Yakesma di sini: https://temanberbagi.org/program/peduli-kemanusiaan-palestina

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Tentang Kami
    Yayasan Kesejahteraan Madani (YAKESMA) didirikan pada 4 juli 2011, sebagai sebuah lembaga amil zakat yang berfokus pada kesejahteraan masyarakat dan mereka yang telah berjasa dalam pengajaran pendidikan keterampilan pemberdayaan dan dakwah di masyarakat.
    Kontak Yakesma
    Jalan Teluk Jakarta No.9
    Komp. AL Rawa Bambu, Pasar Minggu,
    Jakarta Selatan 12520
    Telp: (021) 22 789 677 | WA. 0822 7333 3477
    Email: welcome@yakesma.org
    Sosial Media
    2023 - Yayasan Kesejahteraan Madani