Sudahkah Meraih Ampunan?

Rasulullah saw mensinyalir sekaligus mewanti-wanti di dalam sabdanya, jangan sampai ada di antara umatnya yang merugi saat dan setelah Ramadhan berlalu, karena dosanya belum diampuni.

 

رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ – أَوْ بَعُدَ – دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ

“Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni.” (HR. Ahmad)

 

Ibnu Rajab menukil perkataan salaf yang menjelaskan makna hadits ini,

من لم يغفرْ لَه في رمضان فلن يغفر له فيما سواه؛

“Barangsiapa yang tidak diampuni dosa-dosanya di bulan Ramadhan, maka tidak akan diampuni dosa-dosanya di bulan-bulan lainnya.” [Latha-if Al-Ma’arif/ 297]

 

Padahal target semua ibadah yang dijalankan sepanjang bulan Ramadhan adalah dalam rangka mendapat ampunan Allah swt. Sebagaimana Rasulullah saw bersabda tentang puasa Ramadhan yang dikaitkan dengan ampunan,

 

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan ingin mendapatkan pahala, maka diampuni semua dosanya yang telah lewat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Baginda juga bersabda tentang balasan shalat malam di bulan Ramadhan,

 

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa melaksanakan shalat malam pada bulan Ramadhan karena iman dan ingin mendapatkan pahala, maka dia diampuni semua dosanya yang telah lewat.” (HR. Muslim)

       Terlebih menghidupkan malam-malam yang diyakini turunnya lailatul qadar dengan ibadah i'tikaf, dzikir, baca Al-Qur'an, dan shalat malam, 

 

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang berdiri (menunaikan shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan (penuh) keimanan dan pengharapan (pahala), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Demikian juga dengan meningkatkan berbagai amal kebaikan lainnya termasuk ziswaf,

أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ الْخَيْرِ الصَّوْمُ جُنَّةٌ وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ وَصَلاَةُ الرَّجُلِ مِنْ جَوْفِ اللَّيْلِ

“Maukah aku tunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai. Bersedekah itu menghapus kesalahan sebagaimana air memadamkan api. Dan shalat seseorang di kegelapan malam” (HR. Tirmidzi)

 

       Kenapa tidak mendapat ampunan Allah swt?. Ibadah di bulan Ramadhan dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek fiqih dan aspek nilai atau pahala. Semua ibadah tak terkecuali puasa wajib mengikuti tuntunan fiqih sebagai syarat sahnya ibadah. Namun terkadang mengabaikan hal-hal yang dapat merusak nilai dan pahala puasa, karena melakukan hal-hal yang tercela, seperti perkataan dan perbuatan dusta, perkataan dan perbuatan sia-sia, perbuatan dosa dan maksiat lainnya yang dapat mengurangi atau merusak pahala puasa.

Rasulullah saw mengisyaratkan dalam berbagai sabdanya,

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Thabrani).

bersabda,

لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرَبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهُلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ ، إِنِّي صَائِمٌ

“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.” (HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim)

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari).

       Puasa yang hanya meninggalkan makan, minum dan hal-hal yang membatalkan puasa diaktegorikan sebagai puasa awam oleh Imam Ghazali.

 

Agar puasanya meningkat dan terjaga pahalanya, maka dituntut untuk meninggalkan perbuatan tercela dan maksiat, serta memperbanyak amal ibadah sunnah. Padahal syarat meraih ampunan adalah amal kebaikan yang dijalankan untuk menutupi dan menghapus kesalahan-kesalahan di masa lalu yang telah diperbuatnya. Allah swt berfirman,

 

وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ طَرَفَیِ ٱلنَّهَارِ وَزُلَفࣰا مِّنَ ٱلَّیۡلِۚ إِنَّ ٱلۡحَسَنَـٰتِ یُذۡهِبۡنَ ٱلسَّیِّـَٔاتِۚ ذَ ٰ⁠لِكَ ذِكۡرَىٰ لِلذَّ ٰ⁠كِرِینَ 

 

“Dan laksanakanlah shalat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah)”.

(QS. Hûd: 114)

Rasulullah saw juga bersabda,

اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

 

“Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan iringilah sesuatu perbuatan dosa dengan kebaikan, niscaya akan menghapuskannya dan bergaullah sesama manusia dengan akhlak yang baik”.(HR. Tirmidzi)

       Menjelang akhir Ramadhan, salah satu introspeksi kita adalah bagaimana dengan puasa, shalat, ziswaf, dan amal ibadah kita sepanjang bulan mulia ini? Sudahkah yakin menjadi media meraih ampunan Allah swt. Jika belum, maka kita renungkan ungkapan Imam Ibnu Rajab,,

يا عباد الله  إن شهر رمضان قد عزم على الرحيل ولم يبق منه إِلّا قليل  فمن منكم أحسن فيه فعليه التمام ومن فرط فليختمه بالحسنى

“Wahai para hamba Allah, sungguh bulan Ramadhan ini akan segera pergi dan tidaklah tersisa waktunya kecuali sedikit. Karena itu, siapa saja yang telah beramal baik di dalamnya hendaklah dia menyempurnakannya dan siapa saja yang telah menyia-nyiakannya hendaklah ia mengakhirinya dengan yang  terbaik.”

Atau ungkapan Ibnu Jauzi,

إن الخيل إذا شارفت نهاية المضمار بذلت قصارى جهدها لتفوز بالسباق، فلا تكن الخيل أفطن منك! فإن الأعمال بالخواتيم، فإنك إذا لم تحسن الاستقبال لعلك تحسن الوداع…

“Seekor kuda pacu jika sudah berada mendekati garis finish, dia akan mengerahkan seluruh tenaganya agar meraih kemenangan, karena itu, jangan sampai kuda lebih cerdas darimu..  Sesungguhnya amalan itu ditentukan oleh penutupnya.. Karena itu,  ketika kamu termasuk orang yang tidak baik dalam penyambutan, semoga  kamu bisa melakukan yang terbaik saat perpisahan.”     

       Insya Allah kita berusaha untuk menambah waktu-waktu kita untuk meningkatkan ibadah dan amal shalih jelang akhir Ramadhan. Kita akhiri Ramadhan 1443 H dengan  peningkatan pelaksanaan dan capaian ziswaf, terutama kewajiban zakat fithrah/fithr yang waktunya dibatasi hingga imam naik mimbar di Idul Fitri. Dengan demikian, insya Allah kita layak meraih ampunan dan balasan surga Ar-Rayyan kelak. Amiiin (KH. Dr. Atabik Luthfi, MA)

 

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Tentang Kami
    Yayasan Kesejahteraan Madani (YAKESMA) didirikan pada 4 juli 2011, sebagai sebuah lembaga amil zakat yang berfokus pada kesejahteraan masyarakat dan mereka yang telah berjasa dalam pengajaran pendidikan keterampilan pemberdayaan dan dakwah di masyarakat.
    Kontak Yakesma
    Jalan Teluk Jakarta No.9
    Komp. AL Rawa Bambu, Pasar Minggu,
    Jakarta Selatan 12520
    Telp: (021) 22 789 677 | WA. 0822 7333 3477
    Email: welcome@yakesma.org
    Sosial Media
    2023 - Yayasan Kesejahteraan Madani