Kisah Haru Rasulullah dan Anak Yatim Terlantar di Hari Raya Idul Fitri

Hari Raya Idul Fitri adalah momen yang penuh kebahagiaan bagi umat Islam setelah menjalani ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan. Saat ini, tradisi mengenakan baju baru, menyajikan masakan lezat seperti opor, dan berkumpul bersama keluarga menjadi cara untuk menikmati kebahagiaan tersebut. Namun, di tengah kegembiraan ini, kita tidak boleh melupakan bahwa masih ada orang lain yang merasa sedih dan tidak bahagia. Kisah Rasulullah yang menemukan seorang anak yatim menangis tersedu pada Hari Raya Idul Fitri menjadi contoh yang mengingatkan kita akan pentingnya perhatian terhadap orang lain di sekitar kita.

Idul Fitri memiliki makna sukacita yang dirayakan setiap tahun dengan rasa gembira. Saat takbir berkumandang di hari terakhir Ramadhan, hati kita dipenuhi kegembiraan karena kita telah melewati bulan Ramadhan dengan berbagai upaya untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan berhasil dalam melaksanakan amalan-amalan kebaikan.

Namun, tidak semua orang memiliki kesempatan untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan kegembiraan yang sama. Dalam salah satu hadis riwayat Anas bin Malik, kita diceritakan tentang kesedihan seorang anak yatim pada Hari Raya Idul Fitri, yang kemudian Rasulullah dengan penuh kasih sayang mengasuhnya.

Kisah dimulai ketika Rasulullah sedang pergi untuk melaksanakan shalat ‘Id. Ia melihat anak-anak bermain dengan riang, tetapi ada seorang anak yang berada di depannya dengan pakaian yang kumal dan ekspresi wajah yang sedih. Rasulullah tergerak hatinya dan bertanya kepadanya, “Wahai anak kecil, mengapa engkau menangis? Mengapa tidak ikut bermain bersama teman-temanmu?”

Anak kecil itu tidak menyadari bahwa orang yang berbicara dengannya adalah Rasulullah, kepala negara. Ia kemudian curhat bahwa ia merindukan ayahnya dan telah diusir dari rumah oleh ibu dan ayah tirinya karena masalah rumah tangga. Dengan berlinang air mata, ia menceritakan, “Wahai orang yang berada di hadapanku, ayahku meninggal saat berperang bersama Rasulullah. Setelah itu, ibuku menikah lagi dan mengambil semua harta warisanku. Kemudian, ayah tiriku mengusirku dari rumah.”

Rasulullah mendengarkan dengan penuh perhatian, dan anak yatim perempuan itu melanjutkan ceritanya bahwa ia tidak memiliki apa pun untuk dipakai. Ia merasa bingung dalam mencari sandang, pangan, dan tempat tinggal untuk bertahan hidup. “Sejak saat itu, aku tidak memiliki makanan, minuman, pakaian, dan rumah. Ketika hari ini tiba (Idul Fitri), aku melihat begitu banyak anak yang bahagia bersama ayah mereka. Aku merasa sedih dan menangis,” lanjutnya.

Rasulullah, sebagai pendengar yang baik dan penuh empati, memahami betapa sulitnya hidup bagi seorang yatim sejak kecil dan harus berjuang sendiri untuk bertahan hidup. Beliau bermaksud untuk mengadopsi anak yatim tersebut, beserta keluarga kecilnya.

“Wahai anak kecil, apakah engkau bersedia jika aku menjadi ayahmu, ‘Aisyah menjadi ibumu, Ali menjadi pamannya, Hasan dan Husein menjadi saudara laki-lakimu, dan Fatimah menjadi saudara perempuanmu?” tanya Rasulullah.

Anak itu terkejut ketika menyadari bahwa orang di hadapannya selama ini adalah Rasulullah. Ia merasa sangat bahagia karena ada seseorang yang peduli padanya. Rasulullah kemudian membawa anak yatim tersebut ke rumahnya, memberinya hidangan yang lezat sehingga ia merasa kenyang. Anak itu juga diberi pakaian yang indah dan minyak wangi yang harum. Hati anak tersebut berubah menjadi bahagia dan puas. Ia kembali bergabung dengan teman-temannya yang sedang bermain.

Teman-temannya yang penasaran bertanya mengapa anak tersebut bisa berubah begitu bahagia setelah sebelumnya menangis. Gadis itu menjawab bahwa ia tidak lagi merasa lapar karena bantuan dari Rasulullah dan keluarganya.

“Dulu aku kelaparan, tapi sekarang aku kenyang. Dulu pakaianku buruk, tapi sekarang tidak lagi. Dulu aku adalah seorang yatim, tapi sekarang Rasulullah adalah ayahku, ‘Aisyah adalah ibuku, Hasan dan Husein adalah saudara laki-lakiku, Ali adalah pamanku, dan Fatimah adalah saudara perempuanku. Bagaimana mungkin aku tidak bahagia?” jawabnya.

Anak-anak yang mendengar pengakuan itu merasa iri, dan mereka berkata, “Andai saja ayah kami syahid dalam peperangan, pasti kami juga akan seperti engkau.”

Setelah Rasulullah wafat, anak yatim tersebut kembali menjadi yatim yang kesepian. Namun, ia diasuh oleh Abu Bakar, sahabat Rasulullah, sepanjang hidupnya.

Hikmah dari kisah Rasulullah yang mengasuh anak yatim pada Hari Raya Idul Fitri adalah bahwa Rasulullah, sebagai kepala negara, sangat memperhatikan kebutuhan dan kesedihan anak yatim yang menjadi korban perang. Tindakan beliau untuk memberikan kesejahteraan kepada anak yatim tersebut menjadi contoh bagi umat Islam untuk mencintai, merawat, dan mengurus anak yatim di sekitar kita. Dalam hadis riwayat Imam Al-Bukhari, Rasulullah bersabda,

“أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا”

“Aku dan orang yang mengurus (menanggung) anak yatim memiliki kedudukan di surga seperti ini,” sambil menunjukkan jari telunjuk dan jari tengah yang sedikit terbuka.”

Seringkali, anak yatim tidak memiliki akses terhadap kebutuhan dasar mereka seperti makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal. Oleh karena itu, menyantuni anak-anak yatim adalah tugas mulia dan tantangan bagi umat Islam untuk membantu mereka agar dapat meraih kesuksesan di masa depan.

Kesejahteraan anak yatim menjadi tanggung jawab kita bersama. Kita dapat berkontribusi dalam upaya tersebut dengan memberikan sedekah kepada anak-anak yatim melalui Yakesma. Yuk, jadilah bagian dari kebaikan dengan memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Jari kebaikanmu akan menjadi pemicu impian dan harapan bagi para anak yatim. Klik tautan sedekah di sini sekarang.

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Tentang Kami
    Yayasan Kesejahteraan Madani (YAKESMA) didirikan pada 4 juli 2011, sebagai sebuah lembaga amil zakat yang berfokus pada kesejahteraan masyarakat dan mereka yang telah berjasa dalam pengajaran pendidikan keterampilan pemberdayaan dan dakwah di masyarakat.
    Kontak Yakesma
    Jalan Teluk Jakarta No.9
    Komp. AL Rawa Bambu, Pasar Minggu,
    Jakarta Selatan 12520
    Telp: (021) 22 789 677 | WA. 0822 7333 3477
    Email: welcome@yakesma.org
    Sosial Media
    2023 - Yayasan Kesejahteraan Madani