Itsar: Pengertian, Contoh, Keutamaan, dan Kisah Sahabat

Secara bahasa, “itsar” memiliki makna mendahulukan atau mengutamakan orang lain. Namun, dalam konteks istilah, itsar mengacu pada tindakan mendahulukan kepentingan orang lain daripada diri sendiri dalam urusan dunia dengan harapan mendapatkan pahala di akhirat. Tindakan itsar ini dilakukan dengan keyakinan yang kuat, cinta (mahabbah) yang mendalam, dan kesabaran dalam menghadapi kesulitan. Contohnya bisa dilihat dalam sikap orang-orang Muhajirin dan Anshar, seperti yang disebutkan dalam ayat berikut:

“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshar) ‘mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshar) tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9).

Ayat tersebut mengajarkan pentingnya mendahulukan orang lain yang membutuhkan, bahkan jika diri kita sendiri juga membutuhkan. (Lihat Tafsir Al-Qur'an Al-‘Azhim, 7:229).

Dalam konteks kehidupan dunia, mendahulukan orang lain juga merupakan tindakan yang sangat baik. Karena dalam urusan dunia, kita harus memperhatikan dan membantu mereka yang berada di bawah kita agar kita dapat mensyukuri nikmat-nikmat yang diberikan oleh Allah. Seperti hadis yang menyatakan, “Jika salah seorang di antara kalian melihat orang yang memiliki kelebihan harta dan penampilan, maka lihatlah kepada orang yang berada di bawahnya.” (HR. Bukhari, no. 6490 dan Muslim, no. 2963).

Keutamaan Itsar

Sikap itsar ini sangat terpuji dan dicintai oleh Allah SWT. Pelakunya bisa mencapai derajat yang tinggi di mata Allah. Allah SWT berfirman, “Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan. Sehingga kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali Imran: 92). Selain itu, dalam hadis-hadis yang sahih, keutamaan meneladani sikap itsar juga telah disebutkan, di antaranya:

Pertama, Allah SWT mencintai orang yang memberikan manfaat bagi sesama manusia. Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat Muslim lain bahagia, membantu mengurangi kesulitan orang lain, membayar utang mereka, atau menghilangkan kelaparan mereka. Dalam hadis disebutkan, “Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia.” (HR Thabrani).

Kedua, sikap itsar juga membuat seseorang dicintai oleh manusia. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa dengan menjauhi dunia dan tidak terlalu mengikuti materi, seseorang akan dicintai oleh Allah. Juga, dengan tidak terlalu mengejar dunia, seseorang akan dicintai oleh manusia. (HR Ibnu Majah).

Ketiga, orang yang mengamalkan itsar akan mendapatkan kemudahan dalam urusan dunia dan diampuni dosanya di akhirat. Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa yang melepaskan kesusahan seorang mukmin di dunia, niscaya Allah akan melepaskan kesusahannya di akhirat. Barangsiapa memudahkan urusan orang yang kesulitan, Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi aib seorang Muslim, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah selalu membantu hamba-Nya jika hamba tersebut membantu saudaranya.” (HR Muslim).

Keempat, sikap itsar juga memperkuat ikatan ukhuwah (persaudaraan) yang erat antara sesama Muslim. Rasulullah SAW mengajarkan, “Hendaklah kalian saling memberi hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR Bukhari).

Kisah Itsar Sahabat

Suatu hari, ada seorang yang datang kepada Rasulullah SAW dalam keadaan lapar, dan Rasulullah SAW mengirim pesan kepada para istri beliau untuk mencari makanan. Namun, para istri Rasulullah SAW hanya memiliki air sebagai makanan. Salah seorang dari kaum Anshar bersedia untuk menyambut tamu tersebut.

Orang Anshar tersebut membawa tamu tersebut ke rumahnya dan meminta istrinya untuk menyambut tamu tersebut. Namun, istrinya hanya memiliki cukup makanan untuk anak-anak mereka. Namun, dengan tulus hati, mereka memutuskan untuk memberikan makanan tersebut kepada tamu tersebut. Mereka menyalakan lampu agar tamu tersebut merasa seperti mereka sedang makan, dan kemudian tidur dalam keadaan lapar.

Keesokan harinya, Rasulullah SAW memberikan pujian kepada pasangan tersebut karena tindakan mereka yang luar biasa. Allah SWT juga menurunkan ayat berikut sebagai penghargaan atas sikap itsar mereka:

“Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9).

Kisah ini adalah contoh nyata dari bagaimana sikap itsar dapat mendatangkan berkah dan pujian dari Allah SWT serta memperkuat ikatan ukhuwah di antara sesama Muslim. Dalam riwayat Imam Muslim, nama orang Anshar yang melakukan perilaku terpuji ini adalah Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhu, dan istrinya adalah Ummu Sulaim radhiyallahu ‘anha.

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Tentang Kami
    Yayasan Kesejahteraan Madani (YAKESMA) didirikan pada 4 juli 2011, sebagai sebuah lembaga amil zakat yang berfokus pada kesejahteraan masyarakat dan mereka yang telah berjasa dalam pengajaran pendidikan keterampilan pemberdayaan dan dakwah di masyarakat.
    Kontak Yakesma
    Jalan Teluk Jakarta No.9
    Komp. AL Rawa Bambu, Pasar Minggu,
    Jakarta Selatan 12520
    Telp: (021) 22 789 677 | WA. 0822 7333 3477
    Email: welcome@yakesma.org
    Sosial Media
    2023 - Yayasan Kesejahteraan Madani