Jangan Menimbang Kebaikan

Salah satu prinsip ekonomi yang dianggap benar selama ini adalah berusaha dengan modal sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Tapi, tampaknya prinsip tersebut kini telah meluas penggunaannya. Salah satu prinsip ekonomi yang dianggap benar selama ini adalah berusaha dengan modal sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Tapi, tampaknya prinsip tersebut kini telah meluas penggunaannya.

Ketika melakukan kegiatan kemanusiaan, bahkan dalam berinteraksi (ibadah) kepada Allah SWT, kita sering menghitung perbuatan yang dilakukan, apakah sebanding dengan balasan yang bakal diperoleh. Rupanya kita telah terjebak dengan fenomena hidup yang mengajari penghitungan perolehan manfaat dalam setiap usaha kita, apa pun bentuknya.

Rasulullah SAW bersabda, ”Setiap sendi dari manusia harus bersedekah setiap hari. Berlaku adil di antara dua orang adalah sedekah. Menolong orang mengangkat barang ke atas kendaraannya dan menurunkan dari kendaraannya adalah sedekah. Kata-kata yang baik adalah sedekah. Setiap langkah menuju shalat adalah sedekah. Dan, membuang duri dari jalan adalah sedekah.” (HR Bukhari dan Muslim).

Pesan utama dalam hadis tersebut bahwa setiap perbuatan terkandung dua unsur yang penting diperhatikan. Pertama, nilai (qimah) yang bisa dirasakan secara langsung. Misalnya, berdagang mendapat nilai materi berupa laba, tolong-menolong mendapat nilai moral, berkata jujur mendapat nilai akhlak baik, atau shalat yang mendapat nilai kedekatan (taqarrub) kepada Allah SWT.

Kedua, tujuan (ghayah) perbuatan yang akan mempunyai nilai di sisi Allah SWT. Amal perbuatan akan diterima Allah SWT jika ditujukan semata-mata mencari keridhaan-Nya. Inilah yang diterapkan Rasulullah SAW dan para sahabat.

Keberanian Khalid bin Walid di medan perang, kedermawanan Utsman bin Affan dalam menafkahkan hartanya, menggambarkan kesungguhan mereka meraih keridhaan-Nya. Pantaslah kiranya Allah SWT memuliakan hidup mereka di dunia dan akhirat, dengan firman-Nya, ”Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang Mukminin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.” (QS Attaubah [9]: 111).

Setiap perbuatan, selama sesuai dengan tuntunan agama dan ikhlas mencari keridhaan-Nya, akan bernilai lebih di sisi Allah SWT. Karakter inilah yang dibutuhkan untuk keluar dari persoalan hidup bangsa.

Jika kita masih menghitung kebaikan perbuatan dengan timbangan hawa nafsu, niscaya akanlah sia-sia. Sebab, Allah SWT tidak akan menurunkan pertolongan dan nikmat-Nya yang meliputi langit bumi beserta isinya

 

sumber : republika online

Baca juga: Merebut pahala Ramadhan ribuan orang.

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Tentang Kami
    Yayasan Kesejahteraan Madani (YAKESMA) didirikan pada 4 juli 2011, sebagai sebuah lembaga amil zakat yang berfokus pada kesejahteraan masyarakat dan mereka yang telah berjasa dalam pengajaran pendidikan keterampilan pemberdayaan dan dakwah di masyarakat.
    Kontak Yakesma
    Jalan Teluk Jakarta No.9
    Komp. AL Rawa Bambu, Pasar Minggu,
    Jakarta Selatan 12520
    Telp: (021) 22 789 677 | WA. 0822 7333 3477
    Email: welcome@yakesma.org
    Sosial Media
    2023 - Yayasan Kesejahteraan Madani